Tampilkan postingan dengan label Defisit Transaksi Berjalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Defisit Transaksi Berjalan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 November 2018

Transaksi Berjalan Bisa Jadi Beban Pemerintah

Defisit Transaksi Berjalan menjadi isu yang paling banyak diperbincangkan di seluruh negeri. hal ini karena pada tahun ini defisitnya lumayan tinggi dan membuat anggaran Indonesia semakin menipis.

Defisit Transaksi Berjalan
Defisit Transaksi Berjalan
Defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 sebesar US$ 8,8 miliar atau setara 3,37% terhadap PDB. Nilai Defisit tersebut naik 10,89% dibanding triwulan sebelumnya dan juga melonjak 92,58% dari triwulan yang sama 2017. Meningkatnya permintaan ekspor membuat neraca transaksi perdagangan barang pada triwulan III mengalami defisit US$ 398 juta dibanding triwulan sebelumnya surplus US$ 297 juta maupun pada triwulan III tahun sebelumnya surplus US$ 5,26 miliar.

Akankah Indonesia mampu menahan laju defisit ini yang sudah berlangsung cukup lama? Semoga demikian, karena jika ingin membangun negara yang maju dan perekonomiannya kuat, maka dari sisi anggaran harus kuat juga. Defisit transaksi berjalan masih dianggap baik apabila kadarnya kecil dan terkontrol, namun jika makin membesar. Hal ini tidaklah bagus untuk kita semua.

Kamis, 22 November 2018

Cara Pemerintah Atasi Defisit Transaksi Berjalan Indonesia

Defisit Transaksi Berjalan yang terjadi beberapa bulan terakhir ini cukup membuat kita perlu sedikit khawatir karena akan mengganggu stabilitas anggaran di pemerintahan. Indonesia tercatat sebagai negara dnegan defisit tertinggi dengan poin -8,02 diatas Filipina yang mencatatkan -2,8. Sementara negara tetangga lain sperti Malaysia, Vietnam, Thailand dan Singapura mencatatkan angka yang positif.

Defisit Transaksi Berjalan
Defisit Transaksi Berjalan
Menurut laporan neraca pembayaran Bank Indonesia, ada tiga sektor dengan defisit transaksi terbesar. Pertama, pendapatan investasi yang mencatatkan defisit sebesar US$ 7,8 miliar. Kedua, sektor migas terutama minyak yang membukukan defisit sebesar US$ 4,4 miliar. Adapun defisit transaksi jasa, khususnya pada sektor transportasi mencapai US$ 1,9 miliar. Defisit tersebut dipicu dari jasa pengiriman barang melalui armada pelayaran asing dan transportasi penumpang melalui maskapai penerbangan asing.

Mampukah Indonesia membalikan keadaan dengan membuat lompatan untuk mengurangi angka defisit yang lumayan tinggi ini? Tentunya kita semua berharap demikian, karena akan sangat membanggakan jika semua anggaran kita tidak defisit.

Selasa, 16 Oktober 2018

Defisit Transaksi Berjalan yang Semakin Tinggi

Defisit Transaksi Berjalan menjadi salah satu perhatian pemerintah yang harus segera ditangani secepat mungkin. Hal ini karena tekanan dolar yang makin memuncak menyebabkan defisit semakin melebar. Dengan makin tingginya angka defisit ini maka akan membuat devisa negara semakin terkuras. Neraca transaksi berjalan masih akan defisit karena ADB menghitung investasi swasta yang banyak dibiayai utang luar negeri terus meningkat.

Defisit Transaksi Berjalan
Defisit Transaksi Berjalan
Hal ini terjadi karena perhitungan neraca transaksi berjalan mencakup transaksi barang, jasa, serta pendapatan faktor produksi seperti dividen dari aset, bunga dari pinjaman, dan transfer uang dari tenaga kerja. Semakin besar 'impor aset', semakin besar pula defisit transaksi berjalan.

Selain itu, impor barang modal masih akan tinggi, terutama untuk kepentingan pembangunan proyek infrastruktur. Pada saat bersamaan, ekspor belum akan naik signifikan dan malah ada potensi pertumbuhannya akan melandai akibat kenaikan harga minyak mentah di pasar global. Problemnya, harga komoditas belum akan mengalami nasib baik yang sama.

Jadi dengan berbagai pertimbangan, apakah pemerintah mampu mengatasi problem defisit ini? Tentu akan makin bagus jika pemerintah melakukan sejumlah antisipasi dan kebijakan yang reaktif terkait isu defisit ini.